Dilema Mapel Seni Budaya di era KTSP
Ini suatu tantangan bagi para guru seni budaya.
Tantangan yang lain adalah sulitnya materi pelajaran yang harus diberikan kepada siswa, yaitu arransemen lagu.
Saya tidak habis pikir, mengapa anak se usia SMP dituntut harus dapat mengaransemen lagu?
Bukankah mengaransemen lagu itu merupakan pekerjaan seniman?
Padahal tidak semua seniman musik dapat mengaransemen sebuah lagu. Dan guru bukanlah seniman, apalagi siswa.
Akhirnya pelajaran seni musik di SMP berjalan konyol, banyak guru mengajar semampunya dan terkesan asal-asalan tidak sesuai dengan tuntutan kurikulum (SK/KD).
Untuk dapat mengaransemen sebuah lagu harus punya bekal yang banyak tentang musik, seperti penguasaan notasi, unsur-unsur musik, aliran-aliran musik sampai dengan penguasaan memainkan Instrument musik. Padahal tidak semua guru kesenian berasal dari pendidikan musik, dan kenyataannya banyak kita jumpai guru maple seni budaya yang tidak punya latar belakang pendidikan musik. Sedangkan yang berlatar pendidikan musikpun banyak yang kesulitan menyampaikan materi.
Guru merasa sulit, karena anak yang masuk SMP sebagian besar tidak bisa membaca notasi dan tidak bisa memainkan alat musik. Padahal untuk dapat mengaransemen lagu modal utamanya selain teori musik yang memadai adalah menguasai notasi dan dapat memainkan paling tidak salah satu alat musik.
Yang harus kita pikirkan adalah masalah waktu.
Berapa lama waktu yang diperlukan untuk mengajarkan cara membaca notasi?
Berapa lama waktu yang diperlukan untuk melatih secara langsung memainkan alat musik?
Berapa lama waktu yang dipergunakan untuk menguasai teori musik yang lain?
Cukupkah waktu yang tersedia untuk menyampaikan materi seperti tersebut diatas dalam 2 semester? Sementara kita harus berbagi waktu dengan seni rupa, tari maupun theatre.
Untuk menjelaskan dan mempraktekkan tinggi rendahnya tangganada pelog dan slendro saja guru yang berasal dari Jawa Tengah sudah kalang kabut apalagi guru harus dapat menjelaskan lagu-lagu dari tiap-tiap negara lengkap dengan aksentuasi syair maupun tangganada yang digunakan.
Ketika saya mengikuti diklat sertifikasi guru seni budaya se Jawa Tengah di Semarang beberapa waktu yang lalu, saya berkesempatan untuk sharing dengan para guru seni yang lain khususnya seni musik. Ternyata sebagian besar guru musik itu justru merasa kesulitan dalam menyampaikan materi kelas VII dan IX. Mengapa?
Materi kelas VII diakhir semester anak harus dapat mengaransemen lagu/musik daerah setempat yang kemudian mementaskannya. Kata daerah setempat untuk sekolah-sekolah yang berada di Jawa Tengah idealnya adalah mempelajari musik daerah Jawa Tengah, yaitu musik gamelan yang menggunakan tangganada pelog dan slendro. Dan pada kenyataannya sebagian besar guru di Jawa Tengah kurang memahami dan kurang menguasai tangganada pelog dan slendro, termasuk lagu-lagunya.
Demikian juga untuk kelas IX tentang mengaransemen musik mancanegara di Asia dan non
Sementara guru banyak yang kesulitan untuk mendapat materi /buku acuannya, serta CD lagu yang berbahasa Jepang,
Berbicara secara ideal, apabila guru tidak menguasai materi maka jangan harap guru tersebut dapat mengajar dengan baik. Apabila guru tidak dapat mengajar dengan baik, maka jangan harap pula SK/KD yang tercantum dalam kurikulum dapat tercapai.
Ini sekelumit dilema yang terjadi pada pelajaran Seni Budaya (musik), mudah-mudahan tulisan ini bisa mengundang perhatian semua pihak, baik pemerintah(pembuat kurikulum) maupun para guru seni musik.
Harapan saya, pemerintah selaku pembuat kebijakan (tim penyusun kurikulum) hendaknya mengoreksi isi SK/KD seni musik tersebut, apakah masih layak diteruskan atau perlu direvisi/digantikan yang baru. Saya yakin dan percaya bahwa tim pembuat kurikulum merupakan orang-orang yang ahli di bidangnya, tentu mempunyai tujuan dan pertimbangan tersendiri yang belum banyak diketahui oleh guru seni musik.
Setelah kurikulum KTSP diluncurkan hendaknya ditindaklanjuti dengan monitoring di lapangan kira-kira berjalan apa tidak, guru dan siswa kesulitan apa tidak, yang akhirnya mengevaluasi SK/KD tercapai apa tidak.
Sedangkan pada rekan-rekan guru seni musik, harapan saya adalah hendaknya tidak mudah menyerah menghadapi kesulitan yang ada, dan justru harus selalu berusaha semaksimal mungkin mendalami materi untuk diberikan kepada siswa sesuai dengan tuntutan kurikulum. Sesulit apapun jalan yang kita lalui selama kita mau berusaha pasti ada jalan keluar.
Kritik dan saran anda selalu saya nantikan demi kebaikan saya dan teman seperjuangan.